more"/> more">
Kamar Doa
Last Updated : Jul 10, 2020  |  Created by : Administrator  |  2763 views

Oleh Yusuf Deswanto,M.Div *)

 

Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” - Matius 6:6.

 

 

War Room adalah sebuah film produksi Amerika Serikat yang menarik untuk disimak. Film yang dirilis tahun 2015 ini berkisah tentang kehidupan keluarga Tony dan Elizabeth Jordan yang di ambang kehancuran, sampai kemudian Liz bertemu Ny. Clara, seorang janda yang ingin menjual rumahnya. Judul War Room diangkat dari sebuah lemari pakaian yang dipakai Ny. Clara untuk memenangkan "peperangannya" dalam kehidupan, melalui doa-doa yang melampaui kehidupan pribadinya. Di dalam “bilik doa” itulah semua keinginan dan harapan ia tuliskan dan tempel di dinding lemari tersebut. Singkat cerita, keluarga Tony dan Liz dipulihkan sebagai jawaban doa Liz dalam war room yang dibangun Liz sendiri. Kebenaran dari film ini adalah, Allah sungguh akan memulihkan dan mengerjakan banyak hal yang besar, ketika orang percaya seperti Ny. Clara dan Liz mau menyendiri bersama Allah, di dalam “ruang” atau “bilik doa” masing-masing.

Dalam pengajaran-Nya di atas bukit (khususnya Matius 6), Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk berdoa dalam prinsip-prinsip yang benar. Selain memberikan sebuah “prototipe” doa melalui Doa Bapa Kami, Yesus juga mengajarkan prinsip keintiman doa kepada murid-murid-Nya: “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi...” (Matius 6:6). Ajaran Tuhan Yesus ini berkaitan dengan ayat sebelumnya, dimana Yesus melarang pengikut-Nya mengikuti kebiasaan berdoa orang munafik, yaitu dengan mengucapkan doa mereka di tempat-tempat umum, seperti di rumah-rumah ibadat dan tikungan-tikungan jalan. Motivasi doa orang munafik adalah “supaya mereka dilihat orang” (sebagai orang saleh). Berlawanan dengan cara dan motivasi doa orang munafik, seorang pengikut Kristus sejati hendaknya berdoa di dalam “bilik doa” masing-masing: menutup pintu, berdoa kepada Bapa di tempat tersembunyi. Motivasi doa orang yang benar adalah berjumpa dengan Bapa “yang tersebunyi”, yang akan membalas “hal-hal tersembunyi” yang kita panjatkan kepada-Nya.

Ajaran Yesus ini sedikit banyak juga mengurai aspek keintiman pendoa dengan Bapa di sorga. Di sini Yesus mengajar murid-murid-Nya di sepanjang zaman untuk menerima undangan Bapa-Nya “yang tersembunnyi” itu. Undangan Sang Bapa adalah agar kita masuk dalam “bilik doa” kita (yang tersembunyi), dan menyatakan “hal-hal tersembunyi” dalam hati kita. Bapa di Sorga merindukan perjumpaan yang sangat personal dan intim antara kita, murid-murid Kristus, dengan Diri-Nya yang “tersembunyi” itu. Implikasi dari undangan Bapa ini adalah: Dia Yang Tersembunyi, bukan hanya akan menjawab doa-doa dan kerinduan kita yang terdalam dan tersembunyi, tetapi lebih daripada itu Dia akan menyingkapkan Diri-Nya dan Kehendak-Nya bagi kita di tempat tersembunyi, yaitu “bilik doa” kita.

Sungguh, sebuah kebenaran yang indah tentang keintiman relasi kita dengan Bapa di sorga, yang dapat kita rengkuh pada saat kita menyambut undangan Bapa untuk menjumpai Dia yang tersembunyi. Saya percaya bahwa kata “kamar” dalam Matius 6:6 dapat bermakna ganda: harafiah ataupun figuratif. Dalam konteks ayat sebelumnya, kamar yang dimaksud Tuhan Yesus tentu saja adalah ruangan pribadi, sebagai counter terhadap doa-doa orang munafik di ruang publik. Namun berdoa seorang diri di dalam kamar tidak cukup membawa seseorang masuk dalam keintiman perjumpaan dengan Allah. Jadi, kata “kamar” di sini bisa juga kita maknai sebagai “ruang personal” atau “bilik pribadi” dimana kita dengan berani menyingkapkan diri kita dalam perjumpaan penuh keintiman dengan Bapa di sorga.

Pandemi Covid-19 telah memberikan hanya satu alternatif bagi saya: membangun “bilik doa” pribadi bersama Allah. “Bilik doa” atau “bilik perjumpaan” yang saya bangun bukanlah ruang-spasial, melainkan ruang kesendirian bersama Allah. Pandemi ini menjadi semacam blessing in disguise bagi saya, karena keterbatasan perjumpaan dengan sesama telah “memaksa” saya untuk lebih banyak menghampiri “bilik doa” pribadi saya. Melaluinya, saya dapat menjumpai Allah yang tersembunyi, serta makin memiliki waktu untuk berdoa bagi banyak hal: pribadi-pribadi yang lain, pelayanan saya, misi Kerajaan Allah, bangsa dan negara, dan juga pergumulan umat manusia menghadapi pandemi Covid-19.

Di balik pandemi yang seolah memenjarakan kita, tersedia undangan Allah bagi kita untuk bertemu dengan-Nya secara intim. Namun di balik teknologi informasi yang dibuat untuk melepaskan manusia dari keterbatasan relasi, ada bahaya pengalihan fokus kita dari undangan Yesus Kristus ini. Masihkah Anda bersembunyi seperti Adam dari Allah, dengan menggunakan perjumpaan-perjumpaan virtual dengan manusia lainnya?(*Penulis melayani Pelayanan Mahasiswa di Jember)

 


Subscribe To Our Newsletter
Subscribe to catch our monthly newsletter, latest updates, and upcoming events
RELATED UPDATES