more"/> more">
Mengasihi Dalam Kebenaran (Roma 5:1-11)
Last Updated : Feb 12, 2022  |  Created by : Administrator  |  503 views

Oleh Victor K. Pujianto, M.Ikom)

Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (Rom. 5:8)

 

Pada saat saya kuliah ada sebuah cerita yang membuat saya terharu. Jika diceritakan kira-kira demikianlah cerita tersebut. Pada jaman dulu ada seorang Jenderal yang memimpin sebuah kegerakan untuk pembaharuan di negaranya. Ia dengan pasukannya bergerilya untuk mewujudkan mimpi mereka. Di saat mereka bergerilya bahan makanan mereka kecurian. Akhirnya sang Jenderal meminta anak buahnya menyelidiki perihal kehilangan tersebut. Singkat cerita, hasil penyelidikan tersebut adalah bahwa Ibu dari sang Jenderallah yang melakukan pencurian bahan makanan.

Tentu saja hal tersebut menimbulkan dilema bagi sang Jenderal, tetapi dengan berani, sesuai hukum, ia memerintahkan ibunya untuk tetap dihukum. Ketika hukuman dijatuhkan, sang Jenderal tiba-tiba muncul, dan mengatakan,”Aku anak ibuku. Aku akan menggantikan hukuman bagi dia sesuai hukum yang berlaku.”

Hal yang dilakukan oleh sang Jenderal ini sangatlah luar biasa. Ia menunjukkan menunjukan cintanya kepada tiga hal sekaligus dalam satu tindakan, yaitu kepada ibunya tetapi juga pada rakyatnya dan selanjutnya pada visinya akan pembaharuan. Aturan ditegakkan tanpa menanggalkan kasihnya kepada ibunya. Dan yang menarik lagi bagi saya, sang Jenderal tetap mengasihi ibunya, walaupun sudah melukai kehormatannya sebagai pemimpin gerakan pembaharuan.

Cerita ini paling tidak menggambarkan, walau tidak seutuhnya, cara Allah mencintai kita melalui Kristus. Paulus memaparkan hal tersebut melalui bagian ini. Kehadiran Kristus membawa damai sejahtera (1), pengharapan bahkan ketika di dalam penderitaan (2-4) dan pada akhirnya kita diperdamaikan dengan Allah (10). Dan hal-hal tersebut diwujudkan Allah melalui Kristus lewat kematian-Nya bahkan ketika kita masih di dalam dosa (8)!

Sebuah himne kuno menggambarkan pekerjaan agung Kristus ini dengan sangat indah. Himne yang tercantum dalam Efesus 2:6-8, berbunyi demikian :

“[Y]ang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 

Indah! Itulah kata yang mungkin bisa diungkapkan untuk menggambarkan pekerjaan Kristus. Ia mengasihi kita yang bersalah tanpa menanggalkan kebenaran. Persoalan dosa tetap dituntaskan, tanpa menanggalkan rasa keadilan dan cinta. Hal tersebut dilakukan Allah melalui Kristus lewat pengorban-Nya; kematian-Nya.

Kisah-kisah ini seharusnya dapat menginspirasi kita untuk mengasihi tanpa meninggalkan kebenaran, karena hal tersebut mungkin. Sang Jenderal telah menunjukkannya. Dan Kristus melakukan yang lebih besar lagi yaitu membukakan jalan bagi kita supaya lepas dari kuasa dosa, sehingga kita bisa dibenarkan dan melakukan tindakan kasih di dalam kebenaran.

  Namun, dua kisah ini, kisah sang Jenderal dan Kristus,  kita tahu bahwa untuk melakukan hal tersebut butuh pengorbanan yang besar. Pengorbannya tidak hanya sekedar nama baik, bahkan bisa jadi mengorbankan nyawa. Namun walau demikian hal tersebut layak untuk dilakukan.

Semangat mengasihi dalam kebenaran. Soli Deo Gloria

(* Penulis melayani pelayanan Mahasiswa di Perkantas Malang


Subscribe To Our Newsletter
Subscribe to catch our monthly newsletter, latest updates, and upcoming events
RELATED UPDATES